banner 728x250
News  

Jurnalis Dibungkam! Diancam Lewat WhatsApp Usai Ungkap Kasus Panas, Pelaku Langsung Hilang Bak Hantu

banner 120x600

Mitrapol.id – Kebebasan pers kembali diuji di Batam. Yutel, jurnalis menerima ancaman langsung melalui aplikasi WhatsApp dari nomor misterius +62 895-4175-095, pada Senin malam (9/6/2025), hanya beberapa saat setelah ia menayangkan laporan beberapa investigasi dalam berita.

Ancaman itu datang dengan nada mengintimidasi. Tak lama setelah mengirim pesan, akun si pengancam langsung menghilang—diblokir dan tak bisa dilacak. Praktik pengecut ini menunjukkan bahwa ada kekuatan gelap yang merasa terguncang oleh pemberitaan Yutel.

Dalam grup WhatsApp “Kumpulan Wartawan Independen Kepri”, Yutel membagikan tangkapan layar ancaman tersebut. Indikasi kuat menyebutkan bahwa ancaman ini bukan main-main—ada dugaan kuat keterlibatan kelompok berduit atau gerombolan premanisme yang sedang terusik kenyamanannya oleh laporan kritis sang jurnalis.

Jurnalis Dibungkam! Ketua Tim Libas Diancam Lewat WhatsApp Usai Ungkap Kasus Panas, Pelaku Langsung Hilang Bak Hantu
Chat OTK yg mencoba meneror dan Ancam Yutel

> “Dugaan kami kuat, ada pembekingan dari unit usaha tertentu atau bahkan gerakan premanisme yang tidak senang dengan berita yang kami angkat ke publik,” ungkap Yutel tegas.

Jika benar, maka ini bukan sekadar teror biasa—ini adalah serangan terhadap Undang-Undang Pers No. 40 Tahun 1999, pasal demi pasal yang melindungi kemerdekaan pers dan kerja jurnalistik sedang diinjak-injak.

Yutel memastikan dirinya tidak akan gentar. Ia akan melaporkan kasus ini kepada pihak berwenang demi keselamatan dan martabat profesi jurnalis yang selama ini kerap menjadi korban pembungkaman.

Lebih mengkhawatirkan lagi, muncul spekulasi bahwa ancaman tersebut bisa saja datang dari sesama wartawan yang tak nyaman dengan berita tertentu atau kritik di dalam grup internal.

> “Kalau ternyata pelakunya rekan seprofesi, itu sangat memalukan. Wartawan seharusnya punya etika, moral, dan menjunjung solidaritas, bukan jadi alat tekanan,” kata Yutel dengan nada kecewa.

Peristiwa ini kembali membuka mata publik: wartawan tidak hanya berhadapan dengan narasumber, tapi juga dengan bayang-bayang intimidasi yang membungkam kebenaran. Dan yang lebih menyedihkan—sering kali ancaman itu datang dari orang dalam.

Apakah ini potret suram kebebasan pers kita hari ini?

Atau justru sinyal bahwa jurnalisme kritis mulai menyentuh sarang-sarang kebusukan yang selama ini nyaman di kegelapan?

Wartawan tak boleh bungkam. Ancaman bukan akhir. Ini awal perlawanan.

You cannot copy content of this page