Mitrapol.id – Di tengah wajah politik yang kerap kali dipenuhi sorot ambisi dan riuh kepentingan, masih ada secercah kisah yang memberi harapan, bahwa pengabdian sejati belum benar-benar punah. Salah satu kisah itu datang dari bumi Buru — dari seorang perempuan muda bernama Bella Sofhie, yang baru saja menutup lembar pengabdiannya sebagai anggota DPRD Buru dari Partai NasDem.
Kepergian Bella tidak diwarnai drama, tidak pula diselimuti polemik. Tidak ada suara protes, tidak ada gelombang desakan. Sebaliknya, ia pergi dengan tenang, sebagaimana ia datang — dengan niat yang jernih dan langkah yang penuh kesadaran. Pengunduran dirinya bukan karena tekanan, melainkan karena sejak awal ia telah menetapkan bahwa tugas ini adalah titipan sementara, amanah yang harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab, namun juga harus dilepaskan pada waktu yang tepat.
Pengunduran diri tersebut secara resmi diajukan Bella pada tanggal 14 Agustus 2025, dan diterima oleh DPW Partai NasDem pada tanggal 15 Agustus 2025. Tanggal ini menjadi penanda berakhirnya masa pengabdian yang ia jalani dengan tulus dan tanpa pamrih.
Yang istimewa dari Bella Sofhie bukan hanya soal keputusannya mundur secara terhormat, tapi bagaimana ia menjalani masa tugasnya. Dalam diam, tanpa sorotan, tanpa publikasi berlebihan, Bella telah melakukan hal-hal besar dengan cara yang sederhana. Gaji, tunjangan, dan berbagai fasilitas yang melekat pada jabatannya tidak ia nikmati untuk diri sendiri. Semua itu ia salurkan untuk kaum yang lemah: para janda, anak-anak yatim, dan kaum duafa — mereka yang kerap luput dari perhatian banyak pemegang kekuasaan.
Ia memberi tanpa berharap nama, menolong tanpa mengejar panggung. Dalam dunia yang semakin keras dan dingin, sikap semacam ini adalah kemewahan moral yang langka.
Masyarakat Buru tahu, bahwa di balik senyumnya yang tenang, Bella menyimpan kepedulian yang mendalam. Ia bukan hanya menyuarakan aspirasi rakyat di ruang rapat, tetapi juga hadir secara nyata di lorong-lorong sunyi kehidupan mereka yang termarjinalkan. Ia memilih menjadi jembatan harapan — bukan menara kekuasaan.
Kini, meskipun Bella Sofhie tak lagi duduk di kursi legislatif, warisan ketulusannya akan terus hidup. Ia meninggalkan teladan, bahwa menjadi wakil rakyat bukan soal lama menjabat, tapi seberapa besar hati yang disumbangkan selama menjabat.
Dalam benak masyarakat, Bella tidak akan pernah benar-benar pergi. Namanya mungkin tak lagi tertulis di daftar anggota dewan, tetapi namanya terukir dalam hati banyak orang — sebagai simbol dari kesederhanaan, ketulusan, dan cinta kasih yang nyata.
Di antara banyak yang datang dan pergi dari panggung kekuasaan, hanya sedikit yang benar-benar meninggalkan makna. Bella Sofhie adalah salah satunya.
Terima kasih atas jejak pengabdianmu yang indah. Semoga langkahmu selanjutnya tetap dipenuhi cahaya, sebagaimana engkau telah menjadi cahaya bagi banyak orang yang pernah engkau bantu dalam diam.
Kaperwil Maluku (SP)








